Selamat Datang di Rumah Flores

Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan Pelestarian Budaya Arsitektur Flores.

Pembangunan Rumah Adat di Wolomari

Foto bersama penduduk lokal.

Kerangka Rumah Adat di Wolomari

Ini adalah kerangka rumah adat yang dibangun di Wolomari, Ndori.

Tarian Daerah

Ibu Tirto turut menari bersama penduduk lokal.

Ibu Tirto

Ibu Tirto (kedua dari kanan) pose bersama penduduk lokal.

Tampilkan postingan dengan label Ende. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ende. Tampilkan semua postingan

Sabtu, Oktober 17, 2015

Kampung Adat Suku Lio Nuaone

Kampung Adat Suku Lio Nuaone Kelimutu Ende Flores


Kampung Adat Suku Lio Nuaone
Rumah Adat Suku Lio Dusun Nuaone Desa Woloara Flores NTT
Kampung Adat Suku Lio Nuaone
Kepala Suku Dusun Nuaone
Beraneka ragam arsitektur tradisional di Indonesia menandakan Indonesia memiliki seni budaya yang luas dan berbeda satu sama lainnya. Salah satunya rumah tradisional  Suku Ende Lio yang hadir dengan gaya yang berbeda sesuai dengan kultur budaya dan alamnya. Suku Ende Lio berada di Kabupaten Ende Propinsi Nusa Tenggara Timur. Penduduk asli orang Ende biasa disebut orang Lio. Suku Ende Lio merupakan suku tertua yang ada di pulau Flores, selain Suku Ende Lio ada juga Suku Ende yang garis keturunannya berasal dari Bugis. Mata Pencaharian masyarakat Lio-Ende sebagian besar adalah bertani dan nelayan. Karakteristik permukiman tradisional Suku Ende Lio memiliki kekhasannya tersendiri. Hal ini bisa dilihat dari pola permukimannya yang memiliki berbagai macam bentuk lansekap tradisional sesuai dengan karakter yang saling berkaitan dengan nilai-nilai budaya Suku Ende Lio

Permukiman Tradisonal Suku Lio Nuaone Desa Woloara merupakan bagian dari permukiman Suku Ende Lio yang berada di Kabupaten Ende. Jarak Permukiman Adat Tradisonal Suku Lio Nuaone Desa Woloara dari pusat Kota Ende Sekitar  48 km. Seperti permukiman Suku Ende Lio pada umumnya, Dusun Nuaone sendiri merupakan desa yang masih menjaga adat istiadat budaya Suku Ende Lio. Permukiman Adat Tradisonal Suku Lio Nuaone Desa Woloara dipimpin oleh Dua MosaLaki (Kepala Suku) dan dua Kopokasa (Wakil Kepala Suku). Kepala Suku dan Kopokasa memegang peranannya masing-masing sesuai dengan tugas yang diamanatkan turun temurun dari nenek moyang sebelumnya. Keempat kepala Suku bertempat tinggal di Sao Ria (rumah besar) masing-masing.

Permukiman Adat Tradisonal Suku Lio Nuaone Desa Woloara dulunya memiliki berbagai macam bangunan mulai dari Sao Ria (rumah besar), Sao Keda (tempat musyawarah), Kanga (arena lingkaran), Tubu Mbusu (tugu batu), Rate (kuburan) dan Kebo Ria (lumbung). Bangunan-bangunan adat yang ada sebagian sudah mengalami perubahan dari bentuk fisiknya dan adapula yang sudah hilang akibat kerusakan. Contohnya  Sao Ria yang sudah menggunakan atap seng. Selain perubahan dari bentuk fisiknya sebagian bangunan juga sudah mulai rusak dimakan usia. Hal ini dapat dijumpai di permukiman dimana bangunan tradisional Sao Ria yang dulunya terdiri dari empat buah sekarang Cuma di jumpai satu bangunan itupun mengalmi kerusakan yang sangat parah. Selain Sao Ria adapula bangunan yang sekarang tidak dijumpai adalah Sao Keda (tempat musyawarah), Sao Bhaku (tempat pengimpanan tulang belulang), Kebo Ria (lumbung).

Senin, Juni 15, 2015

Sao Ria Ndori


Suasana pembangunan rumah adat di Ndori.

Kampung Adat Wolomari Ndori berada di Desa Woda, Kecamatan Ndori, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Seperti kampung adat lainnya, memiliki Rumah Tradisional Sao Ria, Tubu Musu dan Sao Bhaku (rumah kubur). Terletak di atas ketinggian Wolomari, memiliki potensi yang baik untuk ke depannya.


Sejarah Singkat Kampung Wolomari, Desa Wonda, Kecamatan Ndori
Sekitar berusia 3 bulan Mamo Sanggu, ibunya dibunuh oleh Wonda. Mamo Sanggu kemudian dibesarkan oleh Ine dan Ema yaitu Paji no'o Ndondo. Ketika kira-kira berusia 12 tahun, Mamo Sanggu dan kakaknya Rowa Dua diajak oleh mosalaki untuk ikut berperang. Di saat itu juga Mamo Sanggu berhasil membunuh "Woda Wolo" orang dari Lise. Dengan keberanian dan keberhasilan Mamo Sanggu tersebut, maka Mosalaki Pu'u Wolosoko "Mbui Tani" menobatkan Mamo Sanggu dengan mengenakan pakaian kebesaran (Pakaian Ria Bewa) dengan istilah: "Pake Sare Hando Nago". Dengan demikian no'o Ema yaitu Paji Ndondo wua pati no'o nua tau nua wula, Sea pati no'o keka, tau keka leja, wira wiwi tau wiwi lowo, reda lema tau lema ela, leka Wolomari.


 Berkunjung Ke Desa Adat Wolomari

Pada hari Sabtu akhir pekan tanggal 16 Mei 2015 bersama tim pecinta Arsitektur Tradisional Flores mengunjungi desa adat Wolomari Ndori atas undangan Bapak Dion sebagai koordinator acara Pembangunan Rumah adat Sao Wolomari Ndori. Rumah Tradisonal ini sudah punah sejak 7 tahun lalu akibat angin kencang pada saat itu. Setibanya di kampung adat Wolomari kami menjumpai masyarakat adat sedang berkumpul untuk melakukan upcara Teka Lasu untuk proses pembangunan rumah tradisonal mereka. Sudah 2 bulan mereka menyiapkan bahan bahan bangunan untuk membangun rumah tradisional mereka.



Swadaya Masyarakat Adat Wolomari Membangun Rumah Tradisonal Sao RIa

Masyarakat adat Wolomari melakukan swadaya sendiri untuk membangun rumah tradisonal mereka dengan mengumpulkan dana untuk proses pemotongan kayu di hutan adat. Total anggaran yang sudah dikeluarkan adalah Rp. 82.000.000,- dan melalui lembaga kami, Yayasan Tirto Utomo - Jakarta, memberikan bantuan demi merampungkan pengerjaan rumah adat ini.