Selamat Datang di Rumah Flores

Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan Pelestarian Budaya Arsitektur Flores.

Pembangunan Rumah Adat di Wolomari

Foto bersama penduduk lokal.

Kerangka Rumah Adat di Wolomari

Ini adalah kerangka rumah adat yang dibangun di Wolomari, Ndori.

Tarian Daerah

Ibu Tirto turut menari bersama penduduk lokal.

Ibu Tirto

Ibu Tirto (kedua dari kanan) pose bersama penduduk lokal.

Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan

Senin, Juni 15, 2015

Mbaru Niang, Salah Satu Warisan Arsitektur Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan berbagai macam warisan budaya. Lihat saja berbagai macam rumah adat yang dibangun di pelosok negeri.

Salah satunya adalah rumah tradisional yang berada di pulau terpencil di Flores, bernama Mbaru Niang. Mbaru Niang merupakan gubuk berbentuk kerucut yang menjadi salah satu situs warisan budaya yang paling penting di Indonesia bahkan di dunia. 

Untuk itu diperlukan suatu tindakan pelestarian bangunan yang dibuktikan pada 2012 melalui penghargaan unggulan 2012 UNESCO Asia Pacific Awards untuk Pelestarian Warisan Budaya. Penghargaan ini sebagai upaya pelestarian alam dengan adanya kategori Aga Khan Award bagi Arsitektur.

Dilansir Inhabitat, Jumat (3/4/2013), pondok Mbaru Niang merupakan simbol dari rumah tradisional masyarakat dan keutuhan dalam keluarga. Namun, sayangnya tidak banyak yang mengetahui hal tersebut. 



Mbaru Niang, Salah Satu Warisan Arsitektur Indonesia

Sekelompok arsitek muda Indonesia pernah melakukan perjalanan di kawasan tersebut dan hanya tersisa empat rumah tradisional. Dari keempat rumah tersebut, dua rumah memerlukan renovasi. Dari pengalaman yang dialami tim arsitek yang mengunjungi daerah tersebut membuat mereka memutuskan untuk menghidupkan kembali bangunan tradisional dengan bantuan masyarakat. Dari proses ini rumah asli Mbaru Niang dapat dibangun kembali.

Rumah tradisional ini terletak di Desa Wae Rebo yang merupakan desa terpencil dikelilingi hutan lebat dan pegunungan. Renovasi rumah tradisional ini, tim arsitek bekerja sama dengan penduduk lokal dan mereka juga mendokumentasikan kegiatan pelestarian tersebut.

Pondok Mbaru Niang merupakan rumah berbentuk kerucut yang memiliki lima tingkatan terbuat dari kayu dan bambu. Lantai dasar berfungsi sebagai tempat tinggal bagi keluarga.

Pada lantai kedua digunakan untuk menyimpan makanan, untuk lantai ketiga digunakan menyimpan biji-bijian, dan lantai keempat sebagai penyimpanan makanan. Sedangkan pada lantai teratas atau lantai kelima sebagai tempat berdoa atau persembahan rohani. Untuk eksteriornya, menggunakan material yang berasal dari alam sekitar. 


(Jurnalis: Ria Hapsari Putri)
Sumber Berita: Oke Zone News

Sao Ria Ndori


Suasana pembangunan rumah adat di Ndori.

Kampung Adat Wolomari Ndori berada di Desa Woda, Kecamatan Ndori, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Seperti kampung adat lainnya, memiliki Rumah Tradisional Sao Ria, Tubu Musu dan Sao Bhaku (rumah kubur). Terletak di atas ketinggian Wolomari, memiliki potensi yang baik untuk ke depannya.


Sejarah Singkat Kampung Wolomari, Desa Wonda, Kecamatan Ndori
Sekitar berusia 3 bulan Mamo Sanggu, ibunya dibunuh oleh Wonda. Mamo Sanggu kemudian dibesarkan oleh Ine dan Ema yaitu Paji no'o Ndondo. Ketika kira-kira berusia 12 tahun, Mamo Sanggu dan kakaknya Rowa Dua diajak oleh mosalaki untuk ikut berperang. Di saat itu juga Mamo Sanggu berhasil membunuh "Woda Wolo" orang dari Lise. Dengan keberanian dan keberhasilan Mamo Sanggu tersebut, maka Mosalaki Pu'u Wolosoko "Mbui Tani" menobatkan Mamo Sanggu dengan mengenakan pakaian kebesaran (Pakaian Ria Bewa) dengan istilah: "Pake Sare Hando Nago". Dengan demikian no'o Ema yaitu Paji Ndondo wua pati no'o nua tau nua wula, Sea pati no'o keka, tau keka leja, wira wiwi tau wiwi lowo, reda lema tau lema ela, leka Wolomari.


 Berkunjung Ke Desa Adat Wolomari

Pada hari Sabtu akhir pekan tanggal 16 Mei 2015 bersama tim pecinta Arsitektur Tradisional Flores mengunjungi desa adat Wolomari Ndori atas undangan Bapak Dion sebagai koordinator acara Pembangunan Rumah adat Sao Wolomari Ndori. Rumah Tradisonal ini sudah punah sejak 7 tahun lalu akibat angin kencang pada saat itu. Setibanya di kampung adat Wolomari kami menjumpai masyarakat adat sedang berkumpul untuk melakukan upcara Teka Lasu untuk proses pembangunan rumah tradisonal mereka. Sudah 2 bulan mereka menyiapkan bahan bahan bangunan untuk membangun rumah tradisional mereka.



Swadaya Masyarakat Adat Wolomari Membangun Rumah Tradisonal Sao RIa

Masyarakat adat Wolomari melakukan swadaya sendiri untuk membangun rumah tradisonal mereka dengan mengumpulkan dana untuk proses pemotongan kayu di hutan adat. Total anggaran yang sudah dikeluarkan adalah Rp. 82.000.000,- dan melalui lembaga kami, Yayasan Tirto Utomo - Jakarta, memberikan bantuan demi merampungkan pengerjaan rumah adat ini.